Senin, 15 Januari 2018. Hari pertamaku untuk melakukan
observasi sekaligus kesempatan bagiku untuk menambah wawasanku. Sekolah ini
tampak begitu familiar, tak asing lagi bagiku. Walaupun hanya setahun aku
menghabiskan waktu disini, banyak kenangan berharga yang membekas dalam
ingatanku. Setiap jengkal yang ada didalamnya sangatlah
berarti untukku. Kini aku kembali lagi ke sekolah ini, bukan sebagai siswa,
namun sebagai calon guru yang akan melahirkan generasi masa depan penerus
bangsa.
“Selamat pagi pak.”, ku sapa satpam dengan senyuman
hangat. Beliau pun membalas senyumanku dengan senyuman ramah. Oke, yang pertama
aku harus menemui kepala sekolah terlebih dahulu. Ruang kepala sekolah berada
persis di sebelah ruang guru. Beliau menyambut ramah kehadiranku dan
mempersilahkanku duduk. Bu Anik sapaan karib beliau, Bu Anik sudah mengetahui
apa maksud dan tujuanku datang kemari karena beberapa hari sebelumnya aku sudah
mengatarkan surat pengantar dari kampus dan menjelaskan secara singkat kepada
beliau. Bu Anik memberikan keleluasaan padaku untuk bebas memilih kelas mana
saja yang ingin aku masuki, dengan senang hati aku pun mengiyakannya.
Ku putuskan untuk mencoba di kelas awal terlebih dahulu,
lebih tepatnya kelas 1A. Pertama kali aku memasuki kelas ini, suara gaduh
begitu jelas terdengar. Anak-anak berlarian dari sudut ke sudut, dari bangku ke
bangku yang lainnya. Aku hanya terkekeh melihat tingkah mereka. Aku pun
menyempatkan diri untuk bertanya-tanya kepada wali kelas untuk sekedar
mengetahui karakter anak-anak di kelas ini. Tak banyak yang aku lakukan di
kelas ini, hanya sesekali aku mengajak dua tiga dari mereka berbicara.
Malu-malu, begitu jelas terlukis oleh raut wajah mereka.
Satu hal yang membuat aku
kagum di kelas ini yaitu wali kelas membiasakan para murid untuk berbaris rapi
di depan kelas sebelum bel masuk berbunyi. Menurut beliau ini adalah salah satu
treatmen untuk menumbuhkan jiwa kedisiplinan dalam diri siswa. Mendengar
sedikit penjelasan dari beliau membuatku berdecak kagum. Sebuah hal positif
menurutku. Dulunya semasa SD aku juga seperti ini. Nampaknya budaya ini sudah
turun temurun dari zaman dahulu.
Tak lama
setelah para murid masuk kelas setelah bel masuk, aku
begitu terenyuh mendengar penjelasan dari wali kelas bahwa ada empat siswa yang
belum bisa membaca atau belum lancar
membaca, sehingga mereka membutuhkan perhatian lebih agar mampu mengimbangi
siswa yang lainnya. Secara umum memang tidak begitu ada perbedaan mencolok
antara mereka dengan siswa yang lainnya. Tingkah anak-anak itu begitu
menggemaskan, terkadang mereka membuat tingkah konyol yang dapat menimbulkan
gelagak tawa bagi siapapun yang melihatnya. Mereka sangat antusias
memperhatikan guru mengajar itupun dapat dihitung jari, sebagian besar dari
mereka terkadang sibuk sendiri dengan aktifitasnya masing-masing.
***
Oke, kelas 1A sudah cukup bagiku. Aku sudah mendapatkan
sedikit gambaran seperti apa kondisi kelas yang menurut asumsi pribadiku masih
belum bisa meninggalkan kebiasaan mereka di TK. Aku dapat memaklumi itu. Masih
di ruang kelas yang sama dengan wali kelas yang sama pula namun dengan siswa
dan kelas yang berbeda. Kelas 2A, dengan jumlah siswa SDN Kalipecabean yang
melebihi kapasitas ruang kelas sehingga memaksa mereka untuk bergantian. Ada
beberapa ruang kelas yang digunakan bersama, itu untuk mengakali kurangnya
jumlah ruang kelas. Pagi untuk kelas 1 dan siangnya untuk kelas 2.
Di kelas 2 yang secara usia mereka lebih matang
dibandingkan dengan kelas 1, wajar jika mereka sudah mampu untuk membedakan
saatnya belajar dan bermain walaupun terkadang mereka juga masih sibuk sendiri
saat guru mengajar. Pengalaman berharga yang aku dapatkan di kelas ini yaitu
saat aku praktik membuka pembelajaran. Kendala terbesar yang menjadi
penghalangku mungkin sama seperti teman-teman yang lainnya saat pertama kali
tampil di depan anak-anak. Perasaan canggung, takut salah dan sulitnya
mengontrol kondisi kelas. Aku pun sebisa mungkin untuk meminimalisir
kesalahan-kesalahan yang dapat mengurangi rasa percaya diriku.
Tak begitu banyak kendala memang saat aku praktik membuka
pembelajaran, itu semua karena semalam sebelum hari ini aku berlatih di depan
cermin. Ya aku berlatih dengan menatap bahasa tubuhku sendiri di depan cermin,
aku ingin tampil maksimal. Wali kelas pun cukup kaget, dengan statusku sebagai
mahasiswa semester satu yang sudah mampu untuk bisa tampil profesional dalam
membuka pembelajaran.
Makin tinggi tingkatan
berbeda pula kebiasaan yang diterapkan oleh wali kelas. Disini siswa diajarkan
untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada diri siswa. Salah satu teatment yang
digunakan yaitu menunjuk satu per satu siswa secara bergantian setiap harinya
untuk memimpin teman-temannya sebelum dan setelah pelajaran.
***
Ini adalah kali pertama bagiku diberi amanah untuk
mengajar full sehari oleh wali kelas. Tidak tanggung-tanggung, kelas yang aku
ajar hari ini adalah kelas 5. Tentunya aku siap, seperti yang telah disampaikan
oleh Ustadz Faishol, kita harus selalu siap jika diberi amanah untuk mengajar.
Dan ini adalah momen yang tepat bagiku untuk menambah pengalaman. Oke Dhani,
ini bukanlah masalah bukan? Sekali lagi ku teguhkan hati, aku pasti bisa.
“Assalamuallaikum.wr.wb.”, dengan semangat ku ucapkan.
“Waallaikumsalam.wr.wb.”, mereka semua menjawab serentak.
Ku awali pembelajaran pada hari itu dengan memperkenalkan
diriku terlebih dahulu dan melakukan pendekatan agar lebih akrab dengan mereka.
Mereka pun tampak begitu antusias sejak awal aku memasuki kelas. Sesuai dengan
yang aku harapkan, dengan seperti ini akan memudahkanku pada saat aku
menyampaikan materi nantinya. Aku pun tidak memaksakan mereka untuk terus
belajar, belajar dan belajar. Itu akan sangat membosankan bagi mereka, terlebih
untuk pelajaran matematika seperti sekarang ini. Walaupun pembelajaran dan
penyampaian materi sudah aku buat semenarik mungkin.
Berbekal apa yang telah aku pelajari di kampus, maka ku
keluarkan jurus andalanku. Tepuk lima jari, tepuk tangan sambil bernyanyi yang
aku populerkan di kampus khususnya di prodi PGSD. Bukan hal baru sih, namun ini
cukup menarik untuk dilakukan ketika pembelajaran dirasa begitu kaku. Ini
bertujuan untuk merefresh pikiran mereka agar tidak telalu tertekan. Pengalaman
mengajar yang pertama bagiku ini akan ku jadikan sebagai evaluasi diri bagiku,
masih banyak yang perlu dibenahi dan aku tidak akan berhenti dan terus berusaha
untuk menjadi lebih baik dari hari ini.
Komentar
Posting Komentar