Langsung ke konten utama

Pengalaman 6 Hari di Dunia Absurd

Aku seorang mahasiswa STKIP Al Hikmah Surabaya yang mengambil progam studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang masih semester satu. Alasan kenapa aku mengambil prodi ini sebenarnya tidak ada, tidak ada alasan khusus bagiku mengambil progam studi ini. Tingkah lucu dan absurd anak SD membuatku sedikit tertarik dengan dunia mereka, walaupun tidak ada niatan bagiku untuk sepenuhnya ikut terlibat dalam dunia yang terasa tak masuk akal.

Terjebak di suatu tempat yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Tidak! Aku tidaklah terjebak. Ini jalanku, jalan yang aku pilih sekarang akan membuka cakrawala baru bagiku. Dengan tingkah lucu dan absurd mereka yang membuatku tertantang akan dunia mereka. Beban pikiran yang terus membelenggu didalam kepala serasa hilang seketika ketika melihat mereka.

Kisah menarik tentangku akan aku mulai ketika aku diberi kesempatan untuk berpetualang di dunia mereka, dunia sekolah dasar. Malam hari sebelum aku mencicipi dunia mereka di esok hari yang aku harap akan menjadi hari yang indah bagiku, entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang terus menari-nari di dalam pikiranku. Bayangan tentang kurcaci-kurcaci mungil dengan segala tingkahnya membuat hatiku tergelitik.

***

“Siap grakk!!”, Pak Bos menyiapkan pasukan sebelum terjun ke medan perang.

Rencana pagi ini sebenarnya berangkat naik bus yang sudah disediakan oleh pihak kampus, namun karena putus sambung sinyal karena badai ujian yang melanda sehingga memaksa kami gigit jari. Dengan beralaskan sepatu hitam mengkilat karena malam harinya sudah aku siapkan matang-matang untuk hari ini, aku berjalan mengikuti arus kehidupan dunia ini.

Gerbang SD Al Hikmah Surabaya yang tampak kokoh menyambut kedatanganku beserta pasukan pejuang yang siap terjun ke medan perang. Pak satpam dengan ramah menyambut kedatangan kami yang nampak ngos-ngosan bagai dikejar deadline pengumpulan tugas kuliah. Sayang tak ada kopi dan koran yang tersedia untuk  kami menikmati pagi ini.

***

Rapat Paripurna pun diadakan dadakan oleh dewan petinggi prodi beserta jajaran perwakilan pihak sekolah SD Al Hikmah di kantin. Dengan berbagai arahan beserta ceramah singkat aku pun menganggukkan kepala sebagai isyarat bahwa aku sudah paham.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, kurcaci-kurcaci lucu nan menggemaskan pun mulai memasuki gerbang sekolah. Pandangan terus terpaku pada mereka yang datang silir berganti. Perasaan bahagia yang berteriak didalam hati terus mendorongku untuk menyapa mereka dengan senyuman hangat yang aku harap tidak akan menakuti mereka.

Inilah yang paling aku suka dari mereka para pemilik imajinasi kelas dewa, selalu ada pemikiran-pemikiran absurd yang mereka utarakan ketika aku dengan beberapa anak sedang ngopi (ngobrol pagi).

“Kak pernah liat ikan telbang pake sayap gak?”, sebuah pertanyaan yang membuatku tujuh keliling persegi panjang. Sejauh ini aku belajar, mulai dari zaman Hiroshima dan Nagasaki di bom hingga naruto menjadi hokage ke tujuh aku belum pernah melihat yang namanya ikan terbang apalagi punya sayap. Aku pahami mereka dengan segala khayalan tingkat tinggi yang tidak akan bisa dipahami oleh akal sehat manusia. Dunia mereka sangatlah jauh berbeda dengan dunia orang dewasa. Dari sini aku baru mengerti kenapa sinchan mengatakan orang dewasa itu aneh. Orang dewasa tidak pernah bisa memahami imajinasi mereka, dan memaksa berpikiran yang lebih konkrit dan terima oleh akal manusia.

***

“Anak-anak hari ini kita kedatangan tamu yang istimewa, kakak-kakak yang berdiri dibelakang kalian ini untuk beberapa hari ke depan akan berada disini bersama kalian. Mari kita sambut kakak-kakak dengan ramah dan jangan membuat mereka menangis. Kami persilahkan kepada kakak-kakak mahasiswa STKIP Al Hikmah untuk memperkenalkan diri ke depan.”, begitu kepala sekolah SD Al Hikmah mempersilahkan kami memperkenalkan diri di hadapan siswa kelas 1 sampai kelas 3 di apel pagi pada Senin pagi. Tepuk tangan serta sorak-sorak meriah seraya mengiringi perkenalan singkat tentang kami.

“Kak namanya siapa?”, salah seorang siswa bertanya namaku.

“Panggil aja kak Dhani.”, jawabku dengan senyum manis semanis madu.

Percakapan singkatku dengannya yang ku pikir dia bernama ariel, keputusan sepihak ini aku patenkan karena di bet nama tertulis nama itu. Suasana keakraban langsung terjalin antara aku dan dia asal jangan ada orang ketiga diantara kita.
***
Entah mengapa keringat dingin terus mengucur deras dan membasahi seluruh raga ini sebelum aku memasuki ruang kelas bersama seorang partner yang berasal dari pulau seberang. Sempat terpaku karena demam panggung dan merasa ada serangan badai prahara yang mencoba meruntuhkan nyaliku. Keyakinan diri yang sudah aku bangun sejak zaman Majapahit dengan fondasi yang kokoh dan ditangani langsung oleh arsitek ahli dari Jerman ini tak akan ku biarkan roboh begitu saja.

“Sikap berdo’a! Tangan diangkat, kepala ditundukkan, berdo’a mulai!”, imut sekali bocah itu ketika memimpin teman-temannya untuk berdo’a. Aku merasa seperti ada sesuatu yang merasuki diriku. Apa ini? Aku mulai terbawa suasana, apakah aku mulai tertular virus absurd? Ini tak boleh dibiarkan. Dengan segala upaya aku menghindari serangan bertubi-tubi dari keabsurdan mereka. Bendera putih ku kibarkan, aku menyerah dengan mereka. Hatiku akhirnya luluh dengan tingkah menggemaskan mereka.

***

Tiba waktu istirahat makan siang, akhrinya aku bisa memanjakan perutku yang dari tadi terus meronta-ronta dengan rengekan yang membuat orang mereasa kasihan mendengarnya. Dengan sigap ku raih piring lengkap dengan amunisinya yang tertata rapi diatas meja.

“Kak Dhani!”, ku dengar suara bocah memanggilku. Ternyata itu bocah yang tadi pagi sok akrab denganku, lebih tepatnya aku yang sok akrab dengannya. Ku hampiri mejanya dengan senyum diwajah yang telah ku latih belakangan ini agar terlihat manis dihadapan kurcaci-kurcaci mungil yang menggemaskan.

“Hai dek, apa kabar?”, sebuah pembicaraan basa-basi ku lontarkan untuk mencairkan suasana.

“Kak kapan masuk ke kelasku?”, tanyanya padaku. Senyum manja darinya dengan muka yang seolah tak memilik dosa, dia terus membujukku untuk masuk ke kelasnya.

Ku lihat jadwal pembagian kelas dengan seksama, tanpa berkedip aku melihatnya. Namun apa daya, berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan aku tidak diberi kesempatan untuk masuk kelasnya. Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama.

***

Hari demi hari terus berlalu, dengan segala aktivitas seperti hari-hari sebelumnya. Tingkah lucu dan absurd dari kurcaci-kurcaci mungil sudah mulia terbiasa aku lihat setiap harinya. Tanpa aku sadari aku mulai membaur dengan mereka, aku bukan lagi sok akrab tapi sudah benar-benar akrab dengan mereka.

Suatu waktu aku sedang ditugaskan di unit perpustakaan, tempat dimana buku-buku tertata rapi namun bisa saja berantakan seketika jika kurcaci-kurcaci mungil datang. Ku jamah satu per satu buku yang tertata rapi di rak, buku bacaan anak-anak dengan gambar yang menarik bak surga dunia.

“Kak Dino.”, suara kurcaci-kurcaci kecil iseng mengerjaiku. Mereka terus memanggilku dengan nama Dino. Tiap kali aku mencoba mendekat, mereka terus berlari diantara rak-rak buku yang menutupi tubuh mungil mereka. Apakah aku terlalu menakutkan bagi mereka? Ku rasa tidak, mungkin itu karena aku berkesan bagi mereka.

***

Ku lihat kembali jadwal kelas yang akan aku masuki hari ini, memastikan aku tidak salah kelas. Kelas 4D? Kelas putri? Dalam hatiku timbul pertanyaan, seperti apa rasanya jika mengajar di kelas yang semua peserta didiknya perempuan. Mungkin lebih mudah dibanding mengajar dikelas putra.

            Ku tarik kembali asumsi ku seputar kelas 4D, karena aku telah salah menilai kelas ini. Kesan pertama yang aku dapatkan yaitu kelas ini benar-benar berisik bak suara emak-emak kalau sedang asyik ngerumpi.

            “Anak-anak, hari ini kita kedatangan kakak keren dari STKIP Al Hikmah. Tapi jangan hanya dilihat dari kerennya saja, kalian nanti juga bisa belajar bareng sama kakak yang duduk di belakang kalian. Penasaran kan? Langsung saja biar gak penasaran, silahkan kak Dhani memperkenalkan dirinya sekaligus bermain sama adik-adiknya disini!”, wali kelas memintaku untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Kisah yang paling menarik selama aku berada di SD Al Hikmah berawal dari sini.

            “Assalamuallaikum semuanya, gimana kabaranya hari ini?”, salam pembuka aku ucapkan untuk membuka awal kisahku dengan mereka.

            “Wa’allaikumsalam, kabar baik kak.”, mereka semua menjawab serempak.

            Singkat cerita aku mulai memperkenalkan diri dan bercerita tentang diriku dengan sedikit guyonan di setiap katanya. Bak seorang komedian yang sedang stand up comedy di depan dan berharap mereka akan terhibur dengan ceritaku.

            “Kak umurnya berapa?”.

            “Kak kapan lulusnya?”.

            “Kak kenapa gak ngajar di kelas kita aja?”.

            Semua pertanyaan yang gak penting mereka tanyakan termasuk tentang statusku saat ini yang dengan terpaksa berstatus lajang. Seorang anak yang sekilas mirip dengan temanku, dengan suaranya yang khas dan ku rasa dialah yang sedari tadi paling hobi menyiksaku dengan pertanyaan-pertanyaannya. Donata namanya, ia merupakan salah seorang siswa yang paling mencuri perhatianku. Sejak pertama kali aku masuk kelas, pandangan sudah tertuju padanya.  Dialah yang paling banyak memberikanku kenangan selama aku berada di kelas, mulai dari pertanyaan-pertanyaan absurd yang dia ajukan padaku sampai permintaannya yang membuatku tertawa terbahak-bahak.

            Aku mulai merasa nyaman dengan kelas ini, dengan segala keunikan yang ada didalamnya serta para penghuninya yang membuatku terkesima. Baru kali ini aku menjadi seseorang yang dirindukan dan selalu dinantikan kehadirannya. Aku merasa bahagia akan hal ini, takkan ku lupakan mereka dan aku harap mereka juga begitu.

***

            Siang hari ini terasa begitu terik, sinar mentari terus menusuk kulit sawo matang ini. Unit BK menjadi momok menakutkan bagiku, mungkin aku harus menyalahkan teman-teman yang menceritakan seorang anak yang menghantui ruangan tersebut. Merinding bulu kudukku mendengar cerita mereka tentang hal itu.

            Dengan tekad yang kuat ku buka perlahan pintu ruangan, mataku terus melotot ke setiap sudut ruangan kosong.

            “Yo jelas kosong bro, iki ruang tamu. Onok ruangan maneh nang njero. Gak usah terlalu tegang, mbok pikir iki film horor?”, seru salah seorang temanku yang tanpa ku sadari berada tepat di belakangku.

            “Biar lebih seru bro.”, pembelaan singkat dariku.

            Tanpa basa-basi dan pikir panjang langsung saja ku beranikan diri masuk ke ruangan BK yang sebenarnya dengan seorang pengutil di belakangku. Apapun yang terjadi aku siap menghadapi anak tersebut. Ku perhatikan tempat dimana aku berada sekarang, semua mata tertuju padaku. Jujur aku mulai panik saat itu, sampai tiba saatnya seseorang membuka pembicaraan.

            “Ada yang bisa dibantu mas?”, seorang wanita dengan hijab yang nampak indah jika dipandang bertanya dengan suara lembut.

            “I iya, kami berdua sedang ada tugas observasi. Tidak hanya sekedar observasi, kami disini juga bertugas membantu tim BK jika membutuhkan bantuan.”, dengan terbata-bata aku menjawab pertanyaan dari beliau.

            Benar apa yang mereka katakan, disini benar-benar ada seorang anak yang menghantui ruangan ini. Butuh mental baja original bukan yang tiruan untuk bisa menghadapinya. Seorang anak yang hiperaktif dengan segala tingkah absurd yang ia miliki membuatku kualahan menghadapinya.

***

            Hari ini hari terakhirku bersama pasukan pejuang berada di sebuah tempat yang aku sebut sarangnya para manusia absurd. Entah mengapa hatiku merasa gelisah di hari terakhir aku disini, seakan tak ingin meninggalkan mereka. Langkah kakiku semakin berat disetiap langkahnya.

            “Kak sepatunya nyangkut kak.”, suara bocah membuyarkan lamunanku.
            “Oh iya, makasih dek.”, dengan senyum di wajah untuk menutupi rasa maluku karena hal ini.

            Aku duduk termenung di depan kantor sambil menyenandungkan lagu galau yang menggambarkan suasana hati yang dirundung kegelisahan mendalam. Melihat anak-anak berlarian di lapangan, bermain sesuka hati mereka. Sesekali mereka melemparkan senyum padaku dan ku balas dengan senyuman yang tak kalah manis.

            “Kak Dhani.”, mereka menyapaku. Siswa kelas 4D mengerumuniku layaknya aku seorang pencopet yang dihajar masa. Mataku berbinar-binar menjumpai mereka, seolah aku menemukan pelipur lara hati yang aku derita. Berbincang dengan mereka membuatku bahagia.

            “Ojok alay woii!!”, seorang teman berkomentar ketika membaca ceritaku ini.

            Ku ukir sebuah kenangan yang akan membekas di hati mereka, dan aku berharap akan dipertemukan dengan mereka suatu saat nanti. Kurcaci-kurcaci mungilku.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Free Download Game PES 2013 PC Full Version

  PES 2013 adalah game olahraga sepak bola keluaran Konami, game ini memiliki beberapa fitur penting yang merupakan salah satu keunggulan dari game ini. PES memiliki Assisted Mode, sebuah modus untuk memudahkan pemain mengontrol menggunakan joystick analog.  Game keluaran Konami ini juga memiliki modus manual yang cocok untuk gamer yang ingin bebas mengontrol pemain. Game PES 2013 ini juga memiliki berbagai fitur lain seperti ProActive AI untuk meningkatkan respon individu pemain dan tersedia dalam beberapa level.  Pro Evolution Soccer 2013 ini juga menyediakan Player ID, sebuah modus yang dikhususkan pada kemampuan individu seperti menggiring bola, gaya saat mencetak gol dan sebagainya Kali ini saya akan share PES 2013 untuk PC yang full version secara gratis..  Screenshot   PES 2013 Minimum System Requirement PES 2013 Windows XP SP3, Vista SP2, 7 Intel Pentium IV 2.4GHz or equivalent processor 1GB RAM 8GB free hard disk space 4x DVD-ROM Drive...

BIOGRAFI ROWMAN UNGU

Nama Lengkap: M. Nur Rohman Panggilan: Rowman TTL: Jakarta, 9 Januari 1974 E-mail: rowman@unguband.com Gabung dgn Ungu: 2001 Sebelumnya: band Garux Alat musik: Drum Band favorit: Metallica Warna favorit: Oranye Status: sudah menikah Sebelum bergabung dengan UNGU pada tahun 2000, Rowman adalah drummer grup rock "Garux".  Menurut Rowman, penggabungan dengan UNGU terjadi secara kebetulan.  "Cerita ini, maka saya meminta bantuan oleh seorang teman untuk mengisi kosong sebagai UNGU ingin membuat demo Dan aku tidak pernah berpikir bahwa demo ini adalah untuk membuat rekaman, juga.."  Rowman mengingat para penggemar dengan band Metallica, Red Hot cabe, dan ini Madonna.  Namun, untuk Rowman UNGU itu adalah pilihan yang tepat.  "Artinya, dalam UNGU bahwa saya bisa tetap fokus Untuk sekali,. Di samping bermain drum saya juga harus mengurus bisnis Sementara di UNGU,. Aku hanya bermain yang asli. 'S Friends UNGU juga teman-teman yang menyenangkan."  s Jadi, man...